Kamis, 08 November 2012

UTS KEPEMIMPINAN


PUJI HARIATI
108554274
PAP 2010 B
UTS KEPEMIMPINAN
1. Buatlah skema / kerangka berpikir anda dalam menyimpulkan kepemimpilan pendidikam dalam organisasi pendidikan!
2.  Jelaskan tahapan pengambilan keputusan olrh seorang pimpinan dalam organisasi pendidikan!
3. Buatlah skematik powerpint ( minimal 4 slide), berbahasa inggrid tentamg kepemimpinan!

JAWABAN
1.      SKEMA / kerangka berpikir kepemimpinan pendidikan dalam suatu organisasi pendidikan.
KEPALA SEKOLAH
KOMITE SEKOLAH
KA TATA USAHA
WAKA KESISWAAN
KETUA PROGRAM KEAHLIAN PENJUALAN
KETUA PROGRAM TEK.INFORMASI DAN KOMUNIKASI
SISWA
WAKA KURIKULUM
KETUA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN
KETUA PROGRAM KEAHLIAN AKUTANSI
GURU
 

























2.     


Tahapan pengambilan keputusan.
Dalam bidang pendidikan, penyelenggaraan pendidikan hanya mungkin dilaksanakan bila didasarkan atas kebijakan dan perencanaan yang menyeluruh dan mantap untuk menghadapi masa depan. Kebijakan dan perencanaan pengembangan pendidikan ini adalah bentuk seperangkat keputusan-keputusan untuk mengendalikan dan merekayasa masa depan dalam upaya membangun manusia Indonesia untuk menghadapi masa depan. Pembuatan keputusan dengan demikian dalam pembangunan pendidikan memegang peran strategis dan karenanya kualitas pembuatan keputusan merupakan titik sentral dalam proses pembuatan keputusan. Ini mengandung arti bahwa untuk menghasilkan keputusan yang bermutu, keputusan itu menuntut dipenuhinya persyaratan professional yang harus di miliki oleh setiap pemimpin atau manager yang professional.
Pembuatan keputusan, perencanaan dan kebijakan mengandung makna yang saling berkaitan yang secara fungsional dan kontekstual mengandung perbedaan-perbedaan. Pembuatan keputusan ini adalah perumusan fikiran, gagasan, aspirasi, dan kebutuhan yang disusun secara sistematik rasional yang dapat dijadikan pegangan atau pedoman bagi organisasi dan para anggotanya dalam melakukan kegiatan-kegiatan. Perencanaan adalah proses pembuatan keputusan yang merupakan pedoman untuk kegiatan perekayasaan masa depan. Kebijakan adalah serangkaian keputusan mendasar dan umum untuk memecahkan berbagai permasalahan organisasi. Kebijakan dapat berfungsi sebagai strategi untuk melaksanakan perencanaan atau bahkan untuk melaksanakan suatu keputusan tertentu. Kebijakan memiliki ciri sebagai arahan atau pedoman bagi bawahan dalam melaksanakan suatu tugas. kebijakan dapat bersifat makro, meso dan mikro. Dalam rumusan di atas perencanaan dan kebijakan bertitik tolak dari keputusan. Bahkan perencanaan merupakan bentuk keputusan dan kebijakan merupakan bentuk keputusan umum yang mendasar. Dalam pertumbuhan selanjutnya ketiga konsep tersebut diterapkan untuk tujuan, kepentingan dan konteks yang berbeda. Pembuatan keputusan lebih diarahkan kepada fungsi kepemimpinan dalam proses manajemen. Perencanaan diarahkan sebagai alat rekayasa untuk menjangkau masa depan yang lebih jauh dan menyeluruh. Sedangkan kebijakan berfungsi sebagai garis-garis besar keputusan yang diambil oleh decision makers untuk memberikan arah dan panduan kepada seluruh anggota untuk bertindak dan berpartisipasi dalam setiap upaya pemecahan permasalahan.
Prinsip dan Proses Pembuatan Keputusan Pembuatan keputusan mengenal berbagai prinsip dasar sehingga baik dalam tahapan perumusan maupun implementasinya pembuatan keputusan tersebut memenuhi syarat sebagai alat manajemen yang dapat memberikan panduan bagi anggota dalam bertindak dan berprilaku. Adapun Prinsip-Prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keputusan pada dasarnya ditujukan untuk memecahkan masalah, karena itu setiap alternatif solusi hendaknya tepat untuk masalah yang dituju.
2. Setiap keputusan hendaknya merupakan alternatif terbaik dengan resiko yang amat minial.
3. Keputusan hendaknya sudah mempertimbangkan lingkup dan resiko secara sistematik dan sistemik.
4. Keputusan hendaknya tidak berada diluar zona of acceptance manusia.
5. Keputusan yang efektif adalah keputusan yang dapat dilaksanakan.
6. Keputusan hendaknya memecahkan masalah yang generik bukan yang oprasional teknis.
7. Pembuatan Keputusan terdiri dari tahap perumusan keputusan dan implementasi keputusan.
8. Pembuatan keputusan hendaknya menghasilkan suatu hasil yang dapat diukur.
9. keputusan tidak selalu harus dimulai dari data, tapi dari judgement.
           
Keseluruhan prinsip di atas dapat dijadikan dasar dalam setiap pembuatan keputusan. Dengan menerapkan prinsip tersebut pembuat keputusan dapat terhindar dari berbagai kesalahan dalam menggunakan pembuatan keputusan. Ini mengandung arti bahwa kekacauan manajemen yang acap kali disebabkan oleh pembuatan keputusan yang tidak didasarkan kepada prinsip yang tepat dapat dihindari. Proses pembuatan keputusan terdiri dari dua tahapan yaitu: tahapan perumusan keputusan dan tahapan implementasi keputusan. Setiap tahapan terdiri dari berbagai langkah atau kegiatan yang secara sistematik dan runtun perlu diikuti oleh setiap pembuat keputusan. Keseluruhan rincian tahapan dan kegiatan pembuatan keputusan tersebut tercantum di bawah ini.

A. Perumusan Keputusan
1. Identifikasi masalah Keputusan diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh pembuat keputusan adalah masalah-masalah apa saja yang harus diputuskan. Menurut Peter Drucker, seorang eksekutif yang efektif tidak membuat keputusan untuk setiap masalah. Masalah yang harus mendapat perhatian adalah masalah-masalah mendasar yang mempunyai dampak luas dan menyeluruh bagi anggota dan bagi organisasi. Masalah-masalah ini disebut dengan “generic problems”. Masalah biasa tidak perlu diputuskan oleh eksekutif, tapi cukup oleh pimpinan tingkat yang lebih rendah berdasarkan aturan organisasi yang berlaku. Identifikasi masalah generik ini tidak perlu ditunjang oleh data yang lengkap, sebab bila data yang lengkap harus terkumpul dahulu, maka tidak akan ada suatu keputusan. Keputusan dapat dimulai dari judgment rasional dari seorang pemimpin.

2.      Perumusan tujuan
Tujuan apakah yang harus dicapai melalui pemecahan suatu masalah? Asumsi dasar untuk setiap keputusan adalah bahwa suatu keputusan dibuat oleh seorang pemimpin untuk mencapai tujuan tertentu. Ini berarti tidak hanya masalah yang dipecahkan saja yang perlu jelas, tapi juga tujuan yang akan dicapainya harus labih jelas lagi. Kejelasan tujuan ini diperlukan sebagai pedoman untuk menentukan pilihan-pilihan keputusan yang paling tepat untuk suatu masalah. Keberhasilan suatu keputusan ditentukan oleh “apakah tujuan yang sudah ditetapkan itu akhirnya dapat dicapai atau tidak”. Tujuan untuk masalah-masalah yang generik harus dirumuskan secara umum dan mendasar, yang kemudian diterjemahkan kedalam tujuan-tijuan yang lebih operasional yang disebut dengan objektif. Setiap objektif perlu pula dijabarkan kedalam target-target baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Suatu “decision tree” perlu dikembangkan sehingga jangkauan dampak dan lingkup suatu keputusan dapat diketahui dengan jelas.

3.      Identifikasi Alternatif Solusi
Alternatif solusi atau pemecahan untuk suatu masalah sangat penting karena setiap masalah tidak mungkin dipecahkan hanya oleh suatu cara pemecahan saja. Alternatif-alternatif ini diperlukan untuk sampai kepada pilihan keputusan yang tepat dengan resiko yang sangat minimal. Identifikasi alternatif solusi ini ditentukan oleh: latar belakang pendidikan, pengalaman hidup, tingkat kecerdasan, kemampuan antisipatif, kemampuan berfikir kedepan, imaginasi, cita-cita, kreativitas, dan kemampuan untuk melihat secara jeli setiap resiko dan dampak serta peluang yang mungkin diciptakan oleh suatu alternatif keputusan tertentu.

4. Penentuan Kriteria Pemilihan Alternatif Solusi
Kriteria suatu alternatif pemecahan sangat sulit dikembangkan secara pasti, karena dikembangkan sehingga jangkauan dampak dan lingkup suatu keputusan dapat diketahui dengan jelas. keputusan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Namun demikian kriteria umum dapat diungkap seperti dibawah ini:
a. Alternatif solusi itu harus tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
b. Altertnatif solusi itu harus jelas dampak, resiko dan peluang yang mungkin diciptakan
c. Alternatif solusi itu harus feasible untuk dilaksanakan
d. Alternatif solusi itu harus tidak bertentangan dengan nilai, etika, moral yang dipegang oleh anggota organisasi dan oleh organisasi.
e. Alternatif solusi itu harus membawa perubahan bagi organisasi menuju yang lebih baik dari keadaan sekarang.

Secara operasional akhirnya kriteria ini sangat ditentukan oleh pembuat keputusan. Alternatif solusi yang dipilih mungkin mempunyai resiko tinggi dan sulit dilaksanakan, tapi dapat membawa perubahan yang diinginkan. Dalam manajemen acapkali ditemukan suatu alternatif solusi yang sangat mahal yang harus diambil untuk suatu hasil yang mempunyai nilai sangat tinggi.

5 .Penentuan Pilihan Alternatif Solusi
(Keputusan) Penentuan pilihan solusi atau keputusan ini dalam tahapan pembuatan keputusan merupakan tahapan yang sangat kritis dan sangat menentukan. Pembuat keputusan atas dasar semua pilihan yang tersedia, dengan berbagai resiko, dampak dan peluang akhirnya harus sampai pada suatu titik pilihan keputusan. Pilihan ini harus diambil dengan kecermatan, kejelian, keberanian, tanggung jawab, dan komitmen yang besar. Tanpa sikap-sikap seperti itu suatu keputusan tidak akan mempunyai makna apa-apa. Sikap seperti inilah yang menciptakan berbagai dinamika dan perubahan dalam suatu organisasi.


B. Implentasi Keputusan
1. Legalisasi Keputusan Langkah ini diperlukan dalam suatu proses pembuatan keputusan sebagai suatu cara untuk memperoleh keabsahan dan komitmen serta dasar hokum dari suatu keputusan sehingga seluruh anggota, unsur-unsur pimpinan dan seluruh jajaran organisasi terikat untuk melaksanakan keputusan itu. Legalisasi ini diwujudkan berdasarkan ketentuan yang diberlakukan dalam suatu organisasi.
 2. Plan of actions Atas dasar keputusan formal organisasi yang secara hukum memperoleh kekuatan, maka rancangan oprasional atau plan of action dapat disusun. Plan of action mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Objective dan sasaran operasional
b. Penentuan tugas dan tanggung jawab bagi setiap, personel yang terlibat

c. Mekanisme organisasi dalam melaksanakan keputusan termasuk mekanisme pengawasan
d. Penentuan sumber-sumber daya yang diperlukan untuk setiap kegiatan, termasuk sumber dana
e. Time-line dari langkah awal hingga langkah review dan evaluasi

3. Sosialisasi dan Komunikasi
Langkah ini dipandang strategis untuk memasyarakatkan keputusan agar setiap orang memahami dalam rangka memenangkan dukungan untuk upaya yang mengandung pembaharuan. Tujuan yang perlu dicapai adalah support atau dukungan dari segenap anggota atau masyarakat organisasi terhadap upaya yang akan dilaksanakan. Sosialisasi dan komunikasi ini harus dirancang secara sistematik untuk menciptakan kondisi dan suasana yang favourable. Kritikan dan resistansi harus diantisipasi dan langkah-langkah penanggulangannya sudah harus disiapkan. Keseluruhan jalur komunikasi organisasi dan media teknologi yang diperlukan harus dimobilisir sedemikian rupa sehingga suasana yang favourable itu dapat diciptakan. Winning the support dari masyarakat begitu penting untuk ikut mendorong terwujudnya hasil yang diharapkan.

4.      Action
Tahapan ini merupakan titik tumpu untuk keberhasilan tahapan implementasi keputusan. Tahapan action ini merupakan ”putting thing into practice”. Keseluruhan persiapan termasuk mekanisme organisasi yang telah disusun dicoba untuk bekerja melaksanakan keputusan yang telah diambil. Koordinasi, Komunikasi, dan kerja sama adalah kunci dari kelancaran proses implementasi ini Dalam pelaksanaan action ini ada beberapa hal yang kritis yaitu: organisasi, personnel, dan dana dalam suatu interaksi manajemen. Unsur kemampuan pimpinan untuk menggerakan rancangan adalah sangat penting. Pada awal action tentu akan ditemui berbagai kesulitan, pada langkah awal inilah diperlukan kesiapan seluruh aparat eksekutif untuk selalu siaga dalam menangani berbagai kesulitan yang muncul.

5.      Pengawasan
Pengawasan adalah salah satu unsur yang dapat dimanfaatkan untuk membantu kelancaran implementasi. Pengawasan ini mencakup pemantauan atau monitoring, evaluasi dan intervensi untuk meluruskan apa yang ditemui tidak sesuai dengan ketentuan dan aturan yang telah ditentukan. Pengawasan ini dapat dilakukan oleh aparat yang ditunjuk untuk itu, atau langsung oleh unsur pimpinan kepada bawahannya.

6. Review dan evaluasi
Review adalah kaji ulang setiap langkah dan tahapan yang telah dilaksanakan sedangkan evaluasi adalah proses penilaian untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas manajemen dalam rangka melaksanakan keputusan. Kegiatan ini tidak harus menunggu hingga keseluruhan langkah implementasi selesai, tapi dapat dilaksanakan secara terjadwal dan kontinue dalam rintangan waktu yang telah ditentukan. Dengan sistem review dan evaluasi seperti ini keseluruhan gambaran proses implementasi dapat di ketahui tingkat kemajuannya, kesulitannya dan hambatannya, karena itu langkah-langkah teknis untuk mengatasi semua persoalan dapat disusun secara sistemik dan sistematik.

Walaupun proses pembuatan keputusan itu dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti shared decision making, participative decision making, namun pada dasarnya pembuat keputusan itu merupakan salah satu tugas utama pemimpin. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pembuat keputusan, pemimpin mempunyai peluang untuk berkreatif. Shared decisions making, Participative decision making, group decision making atau team decision making merupakan bentuk proses pembuatan pembuatan keputusan yang melibatkan orang lain sekurang-kurangnya untuk memberikan pertimbangan dalam memutuskan. Pembuatan keputusan seperti ini penting dalam rangka memantapkan kehidupan demokrasi.
Ini juga sekaligus mengandung implikasi bahwa fungsi pembuatan keputusan sesungguhnya merupakan seperangkat prilaku kepemimpinan dalam melaksanakan tugas pemimpin. Karena pembuatan keputusan itu merupakan prilaku pemimpin, maka styles pembuatan keputusan itu integrasi kedalam styles kepemimpinan seperti yang dituangkan dalam teori Tanembaum. Teori ini menampilkan perpaduan antara styles kepemimpinan dengan pembuatan keputusan dengan dua dimensi: dimensi demokratik dan dimensi otokratik yang bergerak dari dua titik yang berlawanan. Semakin jauh dari titik otokratik, maka styles pembuatan keputusan pemimpin itu semakin demokratik. Sebaliknya semakin jauh dari titik demokratik, styles pembuatan keputusan semakin otokratik. Dalam teori kepemimpinan situasional, styles kepemimpinan disesuaikan dengan dimensi tingkat kematangan yang dipimpin. bilamana tingkat kematangan yang dipimpin itu berada pada tingkat yang tinggi atau mature, maka styles kepemimpinan cenderung participatif dan delegating termasuk dalam proses pembuatan keputusan. Teori X dan teori Y mengangkat dua tipe prilaku yang dipimpin. Apabila yang dipimpin itu mempunyai ciri tipe X maka dalam proses pembuatan keputusan cenderung tidak mempartisipasikan bawahan, artinya peran prilaku pemimpin semakin dominan. Namun bilamana bawahan memiliki ciri Y maka pembuatan keputusan cenderung melibatkan bawahan, dan prilaku pemimpin tidak dominan. Teori Z yang dikembangkan oleh William Ouchi menampilkan gaya pembuatan keputusan yang bercirikan collective atau team atau grup. Pemimpin dan yang dipimpin cenderung merupakan satu kesatuan yang harmonis sehingga rasa memiliki dan rasa keterikatan terbina pada semua pihak, karena keputusan merupakan hasil bersama. Teori ini berasumsi bahwa organisasi itu adalah rumah kita bersama yang harus dijaga, dilindungi dan dipelihara bersama.

Keterampilan dalam Pembuatan Keputusan
Pembuatan keputusan sebagai unsur utama dalam manajemen dan fungsi esensial dalam kepemimpinan menuntut keterampilan tertentu sehingga keputusan yang dihasilkan memiliki kualitas sebagai produk pemimpin yang professional. Keterampilan pembuatan keputusan semakin terasa amat strategik dalam pembuatan keputusan, pada abad informasi, karena teknologi informasi dapat menyediakan peluang untuk memperoleh data yang relevan, yang diperlukan oleh pembuat keputusan yang professional. Tuntutan kualitas manajemen yang mendorong untuk mengembangkan kekuatan organisasi dan manajemen dan dalam peran pemimpin dalam proses tersebut. Karena itu keterampilan yang diperlukan oleh pembuat keputusan adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan kognitif
2. Keterampilan menghimpun dan mengolah data
3. Keterampilan komunikasi

4. Keterampilan mempengaruhi
5. Keterampilan managerial

1.      Keterampilan Kognitif
Keterampilan ini mencakup: keterampilan dalam mengindentifikasi masalah, mengidentifikasi berbagai alternatif solusi, keterampilan memutuskan dengan cepat dan tepat, keterampilan analisis, keterampilan antisipatik, dan keterampilan berikfir kreatif terutama dalam mengidentifikasi berbagai alternatif solusi.
2. Keterampilan menghimpun dan mengolah data Keterampilan ini terutama mencakup keterampilan menguasai teknologi dengan sistem informasi yang dapat menghimpun dan mengolah serta memanfaatkan data yang relevan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan. Ada tiga keterampilan utama yang perlu dikuasai oleh pembuat keputusan: keterampilan mengembangkan sistem informasi, keterampilan retrieval data, dan keterampilan seleksi dan utilisasi data untuk mendukung pembuat keputusan.
 3. Keterampilan komunikasi Keterampilan komunikasi mencakup: keterampilan menjelaskan dengan tepat membaca aspirasi dan kecenderungan masyarakat, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis untuk memaparkan keputusan-keputusan baik secara lisan maupun tertulis
 4. Keterampilan Mempengaruhi
Keterampilan mempengaruhi adalah keterampilan untuk menjual keputusan kepada masyarakat dan anggota dengan meyakinkan sehingga terjadi perubahan untuk mendukung dan ikut melaksanakan keputusan yang telah diambil. Keterampilan ini biasanya didukung oleh keterampilan untuk bersosialisasi, keterampilan untuk bergaul dan mendekati orang lain, keterampilan membaca aspirasi orang lain, keterampilan berbicara dan berpidato dengan meyakinkan, dan keterampilan membuat orang lain tertawa, gembira dan menangis sedih.
6.      Keterampilan Managerial
Keterempilan managerial yang mendukung prses pembuatan keputusan adalah: keterampilan pemimpin terutama dalam implementasi keputusan, keterampilan teknis operasional terutama dalam merumuskan keputusan, kererampilan hubungan manusia, terutama dalam proses sosialisasi keputusan, keterampilan konseptual yang diperlukan untuk merumuskan masalah, identifikasi alternatif solusi, dan memilih keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ketrampilan lain yang mendukung pembuatan keputusan ini terutama dalam tahapan implementasi adalah keterampilan mengembangkan rencana dan program dan keterampilan memecahkan konflik yang terjadi sebagai akibat benturan kepentingan. Keseluruhan keterampilan managerial ni merupakan perangkat esensial untuk keberhasilan keputusan yang bermutu dan generik serta mempengaruhi secara mendasar dan menyeluruh masa depan organisasi.

Pembuatan Keputusan dan Peningkatan Mutu Dalam bidang pendidikan upaya peningkatan mutu difokuskan kepada mutu proses pendidikan. Inti dari proses pendidikan adalah pembelajaran peserta didik. proses pembelajaran ini mencakup sejumlah unsur utama yang mendasar yang membentuk mutu pembelajaran. Unsur-unsur utama itu adalah: tujuan pembelajaran, isi kurikulum, guru, sarana, dan prasarana, dana, manajemen dan evaluasi. Keseluruhan unsur tersebut mempunyai fungsi yang berbeda yang saling menunjang satu sama lain dalam proses belajar mengajar.
Esensi tujuan yang diperlukan dalam peningkatan mutu adalah ketetapan dan kejelasannya. Tujuan dalam proses pembelajaran dijabarkan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Tujuan ini merupakan arah keseluruhan proses pembelajaran. Aspek utama pada unsur peserta didik, adalah pemahaman terhadap perbedaan potensi dan kemampuan dasar setiap peserta didik serta identifikasi kebutuhan dan harapan-harapannya. Pengenalan terhadap peserta didik ini merupakan usaha mendasar dalam mengarahkan upaya menumbuh-kembangkan potensi peserta didik itu. Isi kurikulum yang dituangkan dalam sillabus merupakan materi inti pembelajaran. Isi kurikulum menuntut substansi proses belajar dan subtansi mutu pembelajaran. Ukuran yang penting adalah relevansi dan ketepatan dengan kebutuhan perkembangan peserta didik dan perkembangan kebutuhan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Guru adalah pemegan kendali dalam proses pembelajaran peserta didik. Guru amat strategik, karena isi kurikulum atau isi pendidikan disampaikan oleh guru, mendidik peserta didik juga oleh guru, membentuk watak juga oleh guru serta memberikan arah keseluruhan proses pembelajaran juga oleh guru. Karena itu kualitas guru baik dari segi ilmu dan kepribadian amat penting dalam peningkatan mutu pembelajaran. Sarana dan prasarana atau fasilitas pendidikan, merupakan infrastruktur proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan untuk belajar dengan lebih baik. Fungsi fasilitas pendidikan adalah ”to facilitate better and higher qualiti of learing”. Karena itu kelengkapan dan adequaci fasilitas pendidikan amat diutamakan. Dana adalah faktor penunjang yang dapat mendorong terjadinya mutu. Dana dapat menyediakan fasuilitas yang lebih baik dan lengkap, dan dapat menyediakan guru yang lebih bermutu. Guru dan fasilitas yang lebih baik serta guru yang lebih bermutu ini mendorong terjadinya proses pembelajaran yang lebih efektif dan lebih bermutu pula.
Manajemen adalah keseluruhan proses yang mengkoordinasikan dan memadukan serta mensinkronisasikan keseluruhan proses pembelajaran dengan semua unsur-unsur yangb terlibat didalamnya serta menggiring menuju tujuan yang diinginkan. Fungsi manajemen adalah, menciptakan kemudahan, efesiensi efektivitas dalam proses pembelajaran dan proses pendidikan secara umum. Kelancaran implentasi fungsi-fungsi setiap unsur yang terkait dalam dalam proses pembelajaran adalah fungsi manajemen. Layanan jasa untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah fungsi manajemen. Karena itu upaya peningkatan kualitas perlu didukung oleh manage kualitas. Pembuatan keputusan dalam upaya peningkatan mutu berada pada setiap Tahapan terutama pada fungsi setiap unsur yang terkait dalam proses pembelajaran. Untuk mewujudkan upaya peningkatan mutu, diperlukan need assessment, untuk mengetahui titik-titik stategik yang merupakan langkah awal upaya peningkatan mutu. Langkah awal ini dapat dituangkan dalam bentuk kebijakan umum yang dapat dijabarkan dalam starategi operasional. Stategi operasional ini terdiri dari seperangkat program yang merupakan serangkaian keputusan untuk mewujudkan berbagai sasaran peningkatan mutu. Program peningkatan mutu ini difokuskan pada keseluruhan unsur esensial yang berperan dalam proses pembelajaran. dengan demikian keterkaitan pembuatan keputusan dengan upaya peningkatan mutu ini dituangkan dalam rumusan kebijakan dan rancangan operasional yang menyangkut berbagai segi dalam upaya peningkatan mutu proses belajar dan mengajar.
 Pembuatan Keputusan Kelembagaan
Pembuatan keputusan dalam manajemen kelembagaan seperti sekolah, merupakan fungsi utama administor sekolah yang menentukan efisiensi dan efektivitas manajemen proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pembuatan keputusan dalam proses kelembagaan sekolah dapat berbentuk pemecahan masalah-masalah operasional yang dihadapi manajemen setiap saat, dan dapat pula berbentuk keputusan yang mengandung makna dan jangkauan menyeluruh baik dalam arti lingkup maupun jangka waktu. Keputusan seperti ini dapat berbentuk kebijakan pengembangan sekolah dengan jangka waktu beberapa tahun, dan dapat pula berbentuk program-program tahunan yang merupakan operasionalisasi kebijakan umum pengembangan sekolah. Keseluruhan keputusan tersebut harus terkait satu dengan yang lain untuk menjamin koordinasi dan sinkronisasi dalam proses manajemen kelembagaan. Proses pembuatan keputusan pada tingkat kelembagaan seperti diuraikan di atas merupakan faktor dominan dalam menentukan manajemen kualitas lembaga. Prosedur pembuatan keputusan itu banyak dipengaruhi oleh persepsi dan pemahaman dan wawasan terhadap peran dan fungsi pembuatan keputusan dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Styles tersebut dapat melahirkan prosedur pembuatan keputusan yang cenderung dipengaruhi oleh fungsi managerial yang cenderung authoritative, dapat berbentuk shared decision making process. Faktor yang turut menentukan proses pembuatan keputusan di atas tampaknya amat kondisional dan setiap saat dapat berubah tergantung kepada tingkat kematangan dan kualitas para guru yang merupakan kekuatan pendukung dan pelaksana dalam manajemen sekolah dan dalam proses pendidikan di sekolah itu.