PUJI HARIATI
108554274
PAP 2010 B
UTS
KEPEMIMPINAN
1. Buatlah skema /
kerangka berpikir anda dalam menyimpulkan kepemimpilan pendidikam dalam
organisasi pendidikan!
2. Jelaskan tahapan pengambilan keputusan olrh
seorang pimpinan dalam organisasi pendidikan!
3. Buatlah skematik
powerpint ( minimal 4 slide), berbahasa inggrid tentamg kepemimpinan!
JAWABAN
1.
SKEMA / kerangka berpikir kepemimpinan pendidikan dalam suatu organisasi
pendidikan.
KEPALA SEKOLAH
|
KOMITE
SEKOLAH
|
KA TATA
USAHA
|
WAKA
KESISWAAN
|
KETUA
PROGRAM KEAHLIAN PENJUALAN
|
KETUA PROGRAM
TEK.INFORMASI DAN KOMUNIKASI
|
SISWA
|
WAKA
KURIKULUM
|
KETUA
PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN
|
KETUA PROGRAM KEAHLIAN
AKUTANSI
|
GURU
|
2.
Tahapan pengambilan keputusan.
Dalam bidang pendidikan, penyelenggaraan pendidikan hanya mungkin
dilaksanakan bila didasarkan atas kebijakan dan perencanaan yang menyeluruh dan
mantap untuk menghadapi masa depan. Kebijakan dan perencanaan pengembangan
pendidikan ini adalah bentuk seperangkat keputusan-keputusan untuk
mengendalikan dan merekayasa masa depan dalam upaya membangun manusia Indonesia
untuk menghadapi masa depan. Pembuatan keputusan dengan demikian dalam
pembangunan pendidikan memegang peran strategis dan karenanya kualitas
pembuatan keputusan merupakan titik sentral dalam proses pembuatan keputusan.
Ini mengandung arti bahwa untuk menghasilkan keputusan yang bermutu, keputusan
itu menuntut dipenuhinya persyaratan professional yang harus di miliki oleh
setiap pemimpin atau manager yang professional.
Pembuatan keputusan, perencanaan dan kebijakan
mengandung makna yang saling berkaitan yang secara fungsional dan kontekstual
mengandung perbedaan-perbedaan. Pembuatan keputusan ini adalah perumusan
fikiran, gagasan, aspirasi, dan kebutuhan yang disusun secara sistematik
rasional yang dapat dijadikan pegangan atau pedoman bagi organisasi dan para
anggotanya dalam melakukan kegiatan-kegiatan. Perencanaan adalah proses
pembuatan keputusan yang merupakan pedoman untuk kegiatan perekayasaan masa
depan. Kebijakan adalah serangkaian keputusan mendasar dan umum untuk
memecahkan berbagai permasalahan organisasi. Kebijakan dapat berfungsi sebagai strategi
untuk melaksanakan perencanaan atau bahkan untuk melaksanakan suatu keputusan
tertentu. Kebijakan memiliki ciri sebagai arahan atau pedoman bagi bawahan
dalam melaksanakan suatu tugas. kebijakan dapat bersifat makro, meso dan mikro.
Dalam rumusan di atas perencanaan dan kebijakan bertitik tolak dari keputusan.
Bahkan perencanaan merupakan bentuk keputusan dan kebijakan merupakan bentuk
keputusan umum yang mendasar. Dalam pertumbuhan selanjutnya ketiga konsep
tersebut diterapkan untuk tujuan, kepentingan dan konteks yang berbeda.
Pembuatan keputusan lebih diarahkan kepada fungsi kepemimpinan dalam proses
manajemen. Perencanaan diarahkan sebagai alat rekayasa untuk menjangkau masa
depan yang lebih jauh dan menyeluruh. Sedangkan kebijakan berfungsi sebagai
garis-garis besar keputusan yang diambil oleh decision makers untuk
memberikan arah dan panduan kepada seluruh anggota untuk bertindak dan
berpartisipasi dalam setiap upaya pemecahan permasalahan.
Prinsip dan Proses
Pembuatan Keputusan Pembuatan keputusan mengenal berbagai prinsip dasar
sehingga baik dalam tahapan perumusan maupun implementasinya pembuatan
keputusan tersebut memenuhi syarat sebagai alat manajemen yang dapat memberikan
panduan bagi anggota dalam bertindak dan berprilaku. Adapun Prinsip-Prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Keputusan pada dasarnya ditujukan untuk
memecahkan masalah, karena itu setiap alternatif solusi hendaknya tepat untuk
masalah yang dituju.
2. Setiap keputusan hendaknya merupakan
alternatif terbaik dengan resiko yang amat minial.
3. Keputusan hendaknya sudah mempertimbangkan
lingkup dan resiko secara sistematik dan sistemik.
4. Keputusan hendaknya tidak berada diluar zona
of acceptance manusia.
5. Keputusan yang efektif adalah keputusan yang
dapat dilaksanakan.
6. Keputusan hendaknya memecahkan masalah yang
generik bukan yang oprasional teknis.
7. Pembuatan Keputusan terdiri dari tahap
perumusan keputusan dan implementasi keputusan.
8. Pembuatan keputusan hendaknya menghasilkan
suatu hasil yang dapat diukur.
9. keputusan tidak selalu harus dimulai dari
data, tapi dari judgement.
Keseluruhan prinsip di atas dapat dijadikan
dasar dalam setiap pembuatan keputusan. Dengan menerapkan prinsip tersebut
pembuat keputusan dapat terhindar dari berbagai kesalahan dalam menggunakan
pembuatan keputusan. Ini mengandung arti bahwa kekacauan manajemen yang acap
kali disebabkan oleh pembuatan keputusan yang tidak didasarkan kepada prinsip
yang tepat dapat dihindari. Proses pembuatan keputusan terdiri dari dua tahapan
yaitu: tahapan perumusan keputusan dan tahapan implementasi keputusan. Setiap
tahapan terdiri dari berbagai langkah atau kegiatan yang secara sistematik dan
runtun perlu diikuti oleh setiap pembuat keputusan. Keseluruhan rincian tahapan
dan kegiatan pembuatan keputusan tersebut tercantum di bawah ini.
A. Perumusan Keputusan
1. Identifikasi masalah
Keputusan diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah. Langkah pertama yang
harus dilakukan oleh pembuat keputusan adalah masalah-masalah apa saja yang
harus diputuskan. Menurut Peter Drucker, seorang eksekutif yang efektif tidak
membuat keputusan untuk setiap masalah. Masalah yang harus mendapat perhatian
adalah masalah-masalah mendasar yang mempunyai dampak luas dan menyeluruh bagi
anggota dan bagi organisasi. Masalah-masalah ini disebut dengan “generic
problems”. Masalah biasa tidak perlu diputuskan oleh eksekutif, tapi cukup oleh
pimpinan tingkat yang lebih rendah berdasarkan aturan organisasi yang berlaku.
Identifikasi masalah generik ini tidak perlu ditunjang oleh data yang lengkap,
sebab bila data yang lengkap harus terkumpul dahulu, maka tidak akan ada suatu
keputusan. Keputusan dapat dimulai dari judgment rasional dari seorang
pemimpin.
2.
Perumusan
tujuan
Tujuan apakah yang harus dicapai melalui
pemecahan suatu masalah? Asumsi dasar untuk setiap keputusan adalah bahwa suatu
keputusan dibuat oleh seorang pemimpin untuk mencapai tujuan tertentu. Ini
berarti tidak hanya masalah yang dipecahkan saja yang perlu jelas, tapi juga
tujuan yang akan dicapainya harus labih jelas lagi. Kejelasan tujuan ini
diperlukan sebagai pedoman untuk menentukan pilihan-pilihan keputusan yang
paling tepat untuk suatu masalah. Keberhasilan suatu keputusan ditentukan oleh
“apakah tujuan yang sudah ditetapkan itu akhirnya dapat dicapai atau tidak”.
Tujuan untuk masalah-masalah yang generik harus dirumuskan secara umum dan
mendasar, yang kemudian diterjemahkan kedalam tujuan-tijuan yang lebih
operasional yang disebut dengan objektif. Setiap objektif perlu pula dijabarkan
kedalam target-target baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Suatu “decision
tree” perlu dikembangkan sehingga jangkauan dampak dan lingkup suatu
keputusan dapat diketahui dengan jelas.
3.
Identifikasi
Alternatif Solusi
Alternatif solusi atau pemecahan untuk suatu
masalah sangat penting karena setiap masalah tidak mungkin dipecahkan hanya
oleh suatu cara pemecahan saja. Alternatif-alternatif ini diperlukan untuk
sampai kepada pilihan keputusan yang tepat dengan resiko yang sangat minimal.
Identifikasi alternatif solusi ini ditentukan oleh: latar belakang pendidikan,
pengalaman hidup, tingkat kecerdasan, kemampuan antisipatif, kemampuan berfikir
kedepan, imaginasi, cita-cita, kreativitas, dan kemampuan untuk melihat secara
jeli setiap resiko dan dampak serta peluang yang mungkin diciptakan oleh suatu
alternatif keputusan tertentu.
4. Penentuan Kriteria Pemilihan Alternatif
Solusi
Kriteria suatu alternatif pemecahan sangat
sulit dikembangkan secara pasti, karena dikembangkan sehingga jangkauan dampak
dan lingkup suatu keputusan dapat diketahui dengan jelas. keputusan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Namun demikian kriteria umum dapat
diungkap seperti dibawah ini:
a. Alternatif solusi itu harus tepat untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan
b. Altertnatif solusi itu harus jelas dampak,
resiko dan peluang yang mungkin diciptakan
c. Alternatif solusi itu harus feasible untuk
dilaksanakan
d. Alternatif solusi itu harus tidak
bertentangan dengan nilai, etika, moral yang dipegang oleh anggota organisasi
dan oleh organisasi.
e. Alternatif solusi itu harus membawa
perubahan bagi organisasi menuju yang lebih baik dari keadaan sekarang.
Secara operasional akhirnya kriteria ini sangat
ditentukan oleh pembuat keputusan. Alternatif solusi yang dipilih mungkin mempunyai
resiko tinggi dan sulit dilaksanakan, tapi dapat membawa perubahan yang
diinginkan. Dalam manajemen acapkali ditemukan suatu alternatif solusi yang
sangat mahal yang harus diambil untuk suatu hasil yang mempunyai nilai sangat
tinggi.
5 .Penentuan Pilihan Alternatif Solusi
(Keputusan) Penentuan pilihan solusi atau
keputusan ini dalam tahapan pembuatan keputusan merupakan tahapan yang sangat
kritis dan sangat menentukan. Pembuat keputusan atas dasar semua pilihan yang
tersedia, dengan berbagai resiko, dampak dan peluang akhirnya harus sampai pada
suatu titik pilihan keputusan. Pilihan ini harus diambil dengan kecermatan,
kejelian, keberanian, tanggung jawab, dan komitmen yang besar. Tanpa
sikap-sikap seperti itu suatu keputusan tidak akan mempunyai makna apa-apa.
Sikap seperti inilah yang menciptakan berbagai dinamika dan perubahan dalam
suatu organisasi.
B. Implentasi Keputusan
1. Legalisasi Keputusan Langkah ini diperlukan
dalam suatu proses pembuatan keputusan sebagai suatu cara untuk memperoleh
keabsahan dan komitmen serta dasar hokum dari suatu keputusan sehingga seluruh
anggota, unsur-unsur pimpinan dan seluruh jajaran organisasi terikat untuk
melaksanakan keputusan itu. Legalisasi ini diwujudkan berdasarkan ketentuan
yang diberlakukan dalam suatu organisasi.
2. Plan
of actions Atas dasar keputusan formal organisasi yang secara hukum memperoleh
kekuatan, maka rancangan oprasional atau plan of action dapat disusun. Plan of
action mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Objective dan sasaran operasional
b. Penentuan tugas dan tanggung jawab bagi
setiap, personel yang terlibat
c. Mekanisme organisasi dalam melaksanakan
keputusan termasuk mekanisme pengawasan
d. Penentuan sumber-sumber daya yang diperlukan
untuk setiap kegiatan, termasuk sumber dana
e. Time-line dari langkah awal hingga langkah
review dan evaluasi
3. Sosialisasi dan Komunikasi
Langkah ini dipandang strategis untuk
memasyarakatkan keputusan agar setiap orang memahami dalam rangka memenangkan
dukungan untuk upaya yang mengandung pembaharuan. Tujuan yang perlu dicapai
adalah support atau dukungan dari segenap anggota atau masyarakat
organisasi terhadap upaya yang akan dilaksanakan. Sosialisasi dan komunikasi
ini harus dirancang secara sistematik untuk menciptakan kondisi dan suasana
yang favourable. Kritikan dan resistansi harus diantisipasi dan langkah-langkah
penanggulangannya sudah harus disiapkan. Keseluruhan jalur komunikasi
organisasi dan media teknologi yang diperlukan harus dimobilisir sedemikian
rupa sehingga suasana yang favourable itu dapat diciptakan. Winning the
support dari masyarakat begitu penting untuk ikut mendorong terwujudnya
hasil yang diharapkan.
4.
Action
Tahapan ini merupakan titik tumpu untuk
keberhasilan tahapan implementasi keputusan. Tahapan action ini merupakan ”putting
thing into practice”. Keseluruhan persiapan termasuk mekanisme organisasi
yang telah disusun dicoba untuk bekerja melaksanakan keputusan yang telah
diambil. Koordinasi, Komunikasi, dan kerja sama adalah kunci dari kelancaran proses
implementasi ini Dalam pelaksanaan action ini ada beberapa hal yang kritis
yaitu: organisasi, personnel, dan dana dalam suatu interaksi manajemen. Unsur
kemampuan pimpinan untuk menggerakan rancangan adalah sangat penting. Pada awal
action tentu akan ditemui berbagai kesulitan, pada langkah awal inilah
diperlukan kesiapan seluruh aparat eksekutif untuk selalu siaga dalam menangani
berbagai kesulitan yang muncul.
5.
Pengawasan
Pengawasan adalah salah satu unsur yang dapat
dimanfaatkan untuk membantu kelancaran implementasi. Pengawasan ini mencakup
pemantauan atau monitoring, evaluasi dan intervensi untuk meluruskan apa yang
ditemui tidak sesuai dengan ketentuan dan aturan yang telah ditentukan.
Pengawasan ini dapat dilakukan oleh aparat yang ditunjuk untuk itu, atau
langsung oleh unsur pimpinan kepada bawahannya.
6. Review dan evaluasi
Review adalah kaji ulang setiap langkah dan
tahapan yang telah dilaksanakan sedangkan evaluasi adalah proses penilaian
untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas manajemen dalam rangka
melaksanakan keputusan. Kegiatan ini tidak harus menunggu hingga keseluruhan
langkah implementasi selesai, tapi dapat dilaksanakan secara terjadwal dan
kontinue dalam rintangan waktu yang telah ditentukan. Dengan sistem review dan
evaluasi seperti ini keseluruhan gambaran proses implementasi dapat di ketahui
tingkat kemajuannya, kesulitannya dan hambatannya, karena itu langkah-langkah
teknis untuk mengatasi semua persoalan dapat disusun secara sistemik dan
sistematik.
Walaupun proses pembuatan keputusan itu
dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti shared decision making, participative
decision making, namun pada dasarnya pembuat keputusan itu merupakan salah
satu tugas utama pemimpin. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pembuat keputusan,
pemimpin mempunyai peluang untuk berkreatif. Shared decisions making,
Participative decision making, group decision making atau team decision
making merupakan bentuk proses pembuatan pembuatan keputusan yang
melibatkan orang lain sekurang-kurangnya untuk memberikan pertimbangan dalam
memutuskan. Pembuatan keputusan seperti ini penting dalam rangka memantapkan
kehidupan demokrasi.
Ini juga sekaligus mengandung implikasi bahwa
fungsi pembuatan keputusan sesungguhnya merupakan seperangkat prilaku kepemimpinan
dalam melaksanakan tugas pemimpin. Karena pembuatan keputusan itu merupakan
prilaku pemimpin, maka styles pembuatan keputusan itu integrasi kedalam styles
kepemimpinan seperti yang dituangkan dalam teori Tanembaum. Teori ini
menampilkan perpaduan antara styles kepemimpinan dengan pembuatan keputusan
dengan dua dimensi: dimensi demokratik dan dimensi otokratik yang bergerak dari
dua titik yang berlawanan. Semakin jauh dari titik otokratik, maka styles
pembuatan keputusan pemimpin itu semakin demokratik. Sebaliknya semakin jauh
dari titik demokratik, styles pembuatan keputusan semakin otokratik. Dalam
teori kepemimpinan situasional, styles kepemimpinan disesuaikan dengan dimensi
tingkat kematangan yang dipimpin. bilamana tingkat kematangan yang dipimpin itu
berada pada tingkat yang tinggi atau mature, maka styles kepemimpinan cenderung
participatif dan delegating termasuk dalam proses pembuatan keputusan. Teori X
dan teori Y mengangkat dua tipe prilaku yang dipimpin. Apabila yang dipimpin
itu mempunyai ciri tipe X maka dalam proses pembuatan keputusan cenderung tidak
mempartisipasikan bawahan, artinya peran prilaku pemimpin semakin dominan.
Namun bilamana bawahan memiliki ciri Y maka pembuatan keputusan cenderung
melibatkan bawahan, dan prilaku pemimpin tidak dominan. Teori Z yang
dikembangkan oleh William Ouchi menampilkan gaya pembuatan keputusan yang
bercirikan collective atau team atau grup. Pemimpin dan yang dipimpin
cenderung merupakan satu kesatuan yang harmonis sehingga rasa memiliki dan rasa
keterikatan terbina pada semua pihak, karena keputusan merupakan hasil bersama.
Teori ini berasumsi bahwa organisasi itu adalah rumah kita bersama yang harus
dijaga, dilindungi dan dipelihara bersama.
Keterampilan dalam Pembuatan Keputusan
Pembuatan keputusan sebagai unsur utama dalam
manajemen dan fungsi esensial dalam kepemimpinan menuntut keterampilan tertentu
sehingga keputusan yang dihasilkan memiliki kualitas sebagai produk pemimpin
yang professional. Keterampilan pembuatan keputusan semakin terasa amat
strategik dalam pembuatan keputusan, pada abad informasi, karena teknologi
informasi dapat menyediakan peluang untuk memperoleh data yang relevan, yang
diperlukan oleh pembuat keputusan yang professional. Tuntutan kualitas
manajemen yang mendorong untuk mengembangkan kekuatan organisasi dan manajemen
dan dalam peran pemimpin dalam proses tersebut. Karena itu keterampilan yang
diperlukan oleh pembuat keputusan adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan kognitif
2. Keterampilan menghimpun dan mengolah data
3. Keterampilan komunikasi
4. Keterampilan mempengaruhi
5. Keterampilan managerial
1. Keterampilan Kognitif
Keterampilan ini mencakup: keterampilan dalam
mengindentifikasi masalah, mengidentifikasi berbagai alternatif solusi,
keterampilan memutuskan dengan cepat dan tepat, keterampilan analisis,
keterampilan antisipatik, dan keterampilan berikfir kreatif terutama dalam
mengidentifikasi berbagai alternatif solusi.
2. Keterampilan menghimpun dan mengolah data
Keterampilan ini terutama mencakup keterampilan menguasai teknologi dengan
sistem informasi yang dapat menghimpun dan mengolah serta memanfaatkan data
yang relevan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan. Ada tiga keterampilan
utama yang perlu dikuasai oleh pembuat keputusan: keterampilan mengembangkan
sistem informasi, keterampilan retrieval data, dan keterampilan seleksi dan
utilisasi data untuk mendukung pembuat keputusan.
3.
Keterampilan komunikasi Keterampilan komunikasi mencakup: keterampilan
menjelaskan dengan tepat membaca aspirasi dan kecenderungan masyarakat,
keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis untuk memaparkan
keputusan-keputusan baik secara lisan maupun tertulis
4.
Keterampilan Mempengaruhi
Keterampilan mempengaruhi adalah keterampilan
untuk menjual keputusan kepada masyarakat dan anggota dengan meyakinkan
sehingga terjadi perubahan untuk mendukung dan ikut melaksanakan keputusan yang
telah diambil. Keterampilan ini biasanya didukung oleh keterampilan untuk
bersosialisasi, keterampilan untuk bergaul dan mendekati orang lain, keterampilan
membaca aspirasi orang lain, keterampilan berbicara dan berpidato dengan
meyakinkan, dan keterampilan membuat orang lain tertawa, gembira dan menangis
sedih.
6.
Keterampilan
Managerial
Keterempilan managerial yang mendukung prses
pembuatan keputusan adalah: keterampilan pemimpin terutama dalam implementasi
keputusan, keterampilan teknis operasional terutama dalam merumuskan keputusan,
kererampilan hubungan manusia, terutama dalam proses sosialisasi keputusan,
keterampilan konseptual yang diperlukan untuk merumuskan masalah, identifikasi
alternatif solusi, dan memilih keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Ketrampilan lain yang mendukung pembuatan keputusan ini
terutama dalam tahapan implementasi adalah keterampilan mengembangkan rencana
dan program dan keterampilan memecahkan konflik yang terjadi sebagai akibat
benturan kepentingan. Keseluruhan keterampilan managerial ni merupakan
perangkat esensial untuk keberhasilan keputusan yang bermutu dan generik serta
mempengaruhi secara mendasar dan menyeluruh masa depan organisasi.
Pembuatan Keputusan dan Peningkatan Mutu Dalam
bidang pendidikan upaya peningkatan mutu difokuskan kepada mutu proses
pendidikan. Inti dari proses pendidikan adalah pembelajaran peserta didik.
proses pembelajaran ini mencakup sejumlah unsur utama yang mendasar yang
membentuk mutu pembelajaran. Unsur-unsur utama itu adalah: tujuan pembelajaran,
isi kurikulum, guru, sarana, dan prasarana, dana, manajemen dan evaluasi.
Keseluruhan unsur tersebut mempunyai fungsi yang berbeda yang saling menunjang
satu sama lain dalam proses belajar mengajar.
Esensi tujuan yang diperlukan dalam peningkatan
mutu adalah ketetapan dan kejelasannya. Tujuan dalam proses pembelajaran
dijabarkan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Tujuan ini merupakan
arah keseluruhan proses pembelajaran. Aspek utama pada unsur peserta didik,
adalah pemahaman terhadap perbedaan potensi dan kemampuan dasar setiap peserta
didik serta identifikasi kebutuhan dan harapan-harapannya. Pengenalan terhadap
peserta didik ini merupakan usaha mendasar dalam mengarahkan upaya
menumbuh-kembangkan potensi peserta didik itu. Isi kurikulum yang dituangkan
dalam sillabus merupakan materi inti pembelajaran. Isi kurikulum menuntut
substansi proses belajar dan subtansi mutu pembelajaran. Ukuran yang penting
adalah relevansi dan ketepatan dengan kebutuhan perkembangan peserta didik dan
perkembangan kebutuhan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Guru adalah
pemegan kendali dalam proses pembelajaran peserta didik. Guru amat strategik,
karena isi kurikulum atau isi pendidikan disampaikan oleh guru, mendidik
peserta didik juga oleh guru, membentuk watak juga oleh guru serta memberikan
arah keseluruhan proses pembelajaran juga oleh guru. Karena itu kualitas guru
baik dari segi ilmu dan kepribadian amat penting dalam peningkatan mutu
pembelajaran. Sarana dan prasarana atau fasilitas pendidikan, merupakan
infrastruktur proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan untuk belajar
dengan lebih baik. Fungsi fasilitas pendidikan adalah ”to facilitate better and
higher qualiti of learing”. Karena itu kelengkapan dan adequaci fasilitas
pendidikan amat diutamakan. Dana adalah faktor penunjang yang dapat mendorong
terjadinya mutu. Dana dapat menyediakan fasuilitas yang lebih baik dan lengkap,
dan dapat menyediakan guru yang lebih bermutu. Guru dan fasilitas yang lebih
baik serta guru yang lebih bermutu ini mendorong terjadinya proses pembelajaran
yang lebih efektif dan lebih bermutu pula.
Manajemen adalah keseluruhan proses yang
mengkoordinasikan dan memadukan serta mensinkronisasikan keseluruhan proses
pembelajaran dengan semua unsur-unsur yangb terlibat didalamnya serta
menggiring menuju tujuan yang diinginkan. Fungsi manajemen adalah, menciptakan
kemudahan, efesiensi efektivitas dalam proses pembelajaran dan proses
pendidikan secara umum. Kelancaran implentasi fungsi-fungsi setiap unsur yang
terkait dalam dalam proses pembelajaran adalah fungsi manajemen. Layanan jasa
untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah fungsi manajemen. Karena itu upaya
peningkatan kualitas perlu didukung oleh manage kualitas. Pembuatan keputusan
dalam upaya peningkatan mutu berada pada setiap Tahapan terutama pada fungsi
setiap unsur yang terkait dalam proses pembelajaran. Untuk mewujudkan upaya
peningkatan mutu, diperlukan need assessment, untuk mengetahui titik-titik
stategik yang merupakan langkah awal upaya peningkatan mutu. Langkah awal ini
dapat dituangkan dalam bentuk kebijakan umum yang dapat dijabarkan dalam
starategi operasional. Stategi operasional ini terdiri dari seperangkat program
yang merupakan serangkaian keputusan untuk mewujudkan berbagai sasaran
peningkatan mutu. Program peningkatan mutu ini difokuskan pada keseluruhan
unsur esensial yang berperan dalam proses pembelajaran. dengan demikian
keterkaitan pembuatan keputusan dengan upaya peningkatan mutu ini dituangkan dalam
rumusan kebijakan dan rancangan operasional yang menyangkut berbagai segi dalam
upaya peningkatan mutu proses belajar dan mengajar.
Pembuatan Keputusan Kelembagaan
Pembuatan keputusan dalam manajemen kelembagaan
seperti sekolah, merupakan fungsi utama administor sekolah yang menentukan
efisiensi dan efektivitas manajemen proses pembelajaran di sekolah tersebut.
Pembuatan keputusan dalam proses kelembagaan sekolah dapat berbentuk pemecahan
masalah-masalah operasional yang dihadapi manajemen setiap saat, dan dapat pula
berbentuk keputusan yang mengandung makna dan jangkauan menyeluruh baik dalam
arti lingkup maupun jangka waktu. Keputusan seperti ini dapat berbentuk
kebijakan pengembangan sekolah dengan jangka waktu beberapa tahun, dan dapat
pula berbentuk program-program tahunan yang merupakan operasionalisasi
kebijakan umum pengembangan sekolah. Keseluruhan keputusan tersebut harus
terkait satu dengan yang lain untuk menjamin koordinasi dan sinkronisasi dalam
proses manajemen kelembagaan. Proses pembuatan keputusan pada tingkat
kelembagaan seperti diuraikan di atas merupakan faktor dominan dalam menentukan
manajemen kualitas lembaga. Prosedur pembuatan keputusan itu banyak dipengaruhi
oleh persepsi dan pemahaman dan wawasan terhadap peran dan fungsi pembuatan
keputusan dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Styles tersebut dapat
melahirkan prosedur pembuatan keputusan yang cenderung dipengaruhi oleh fungsi
managerial yang cenderung authoritative, dapat berbentuk shared decision making
process. Faktor yang turut menentukan proses pembuatan keputusan di atas
tampaknya amat kondisional dan setiap saat dapat berubah tergantung kepada
tingkat kematangan dan kualitas para guru yang merupakan kekuatan pendukung dan
pelaksana dalam manajemen sekolah dan dalam proses pendidikan di sekolah itu.